Rabu, 12 Oktober 2011

Mengubah Ajal


Ketika saya kecil dulu, saya kenal dengan seorang pemuda yang hobinya nonton MotoGP. Dia tidak pernah absen ketika Event MotoGP ditayangkan di televisi. Hari-harinya diliputi oleh perbincangan akan MotoGP. Ia juga sering bermain MotoGP di playstation. Bahkan, sepeda motornya pun ia modifikasi agar bisa berlari kencang.  Dan, apapun yang ia saksikan dari tayangan MotoGP, ia tiru.
                Suatu hari ia pernah berkata, “kayaknya aku nanti mati di atas motor, nih.” Dan, apa yang ia katakan benar-benar terjadi. Ketika dia masih di bangku kelas dua SMA, ia kecelakaan. Tapi masih untung, dia selamat dengan kaki kanan patah.
                Setelah sembuh, tampaknya ia tetap tidak jera. Ia masih suka kebut-kebutan. Dan, pada tengah malam, ketika jalanan sepi lengang. Tak satupun kendaraan yang lewat, karena tempat itu adalah daerah yang jauh dari pemukiman. Di tempat yang sama, tikungan yang sama, jembatan yang sama, ia kembali ia menabrak pagar besi di sisi jembatan, dan, ia terlempar ke dalam sungai beserta sepeda motornya. Tak seorang mengetahui. Hingga pagi menjelang, ia di temukan oleh seorang tua yang kebetulan melintas di daerah itu. kepalanya bolong pada bagian kiri, dan otaknya habis dimakan ikan. Mengerikan? Tentu saja.

                Sobat eL-Ha, tidak semua insan pernah merasakan hidup di dunia, karena banyak bayi yang belum sempat lahir sudah meninggal duluan di dalam perut ibunya. Namun, setiap orang pasti (akan) merasakan kematian. Ajal sudah ditentukan. Kebanyakan dari manusia tidak tahu kapan ajalnya akan tiba. Kecuali, ada orang-orang yang telah diberikan tanda-tanda atau petunjuk tentang kapan, dimana dan kapan ia mati. Seperti kenalan saya di atas, ia seolah mendapat petunjuk bagaiman cara dia mati. Banyak juga orang-orang yang di bukakan tirai kehidupannya oleh Allah, mereka tahu tentang ajal mereka. Namun tentu saja, jumlah orang yang diberi petunjuk kematiannya oleh Allah sangat sedikit. Nah, bagaimana kita akan menghadapi ajal kita?
                Sobat, ketika ajal menjelang, tak seorang pun bisa menunda ataupun memajukannya. Lantas, mengapa tulisan ini berjudul “Mengubah Ajal?” Ya, kita memang tidak dapat mengubah ajal. Tapi, kita bisa menentukan kematian kita, apakan kita akan menghadapinya dengan husnul khatimah (akhir yang baik), ataukah su’ul khatimah (akhir yang buruk)? Itu tergantung kita. Bagi orang-orang yang dibukakan tabir ajal mereka, sudah sepatutnya mempersiapkan diri untuk menerima kedatangannya. Dan, apalagi bagi kita yang sama sekali tidak dibukakan tabir ajal kita. Justru harus selalu siaga. Jangan sampai lengah. Tapi, bagaimana bagi yang sudah tahu tentang bagaimana cara dia mati? Tidak adakah pilihan untuk menyongsongnya dengan husnul Khatimah? Jawabnya, tentu ada.
                Seorang teman dari Aceh pernah bercerita tentang teman sekolahnya yang meninggal karena kecelakaan, badannya remuk digilas Truk Besar. Teman saya dari Aceh tersebut pun bertanya, “akhi. Itu bagaimana ya, nasibnya?”
Maka saya jawab, “tergantung niatnya.”
Sobat, masih agak bingung? Bukankah setiap amalan dinilai tergantung dari niatnya? Coba anda bayangkan kenalan saya di atas. Dia meninggal karena kecelakaan dengan kondisi jiwa dan hatinya berada di dalam keburukan. Ia ketika itu sedang kebut-kebutan, menuju tempat yang buruk pula. Bagaimanakah matinya? Sekarang coba kita bandingkan dengan seorang Da’i yang berjuang untuk memberantas buta huruf Al-Qur’an. Mengajari orang-orang mengaji, dengan ikhlas, tanpa mengharapkan bayaran. Ia ikhlas karena Allah. Di tengah perjalanan, sebuah mobil sport berisi pemuda-pemudi yang sedang mabuk, pulang dari diskotik, melaju kencang tanpa kendali, dan menabrak sang Da’i hingga tewas. Bagaimanakan kematiannya? Karena niat dan tujuan dari contoh pertama adalah salah, ia akan mendapatkan su’ul khatimah. Adapun conto kedua, ia memiliki hati yang bersih dan tujuan yang mulia, maka ia akan mendapatkan husnul Khatimah.
Sobat eL-Ha, kiranya dengan penjelasan yang singkat ini, mampu menyadarkan kita, bahwa bagi siapapun juga, harus mempersiapkan hari dimana malaikat Izrail bertamu. Semoga kita selalu ingat akan hal ini, dan akhirnya, kita akan mendapatkan husnul Khatimah. Amin.

*)penulis adalah anggota API (Asosiasi Penulis Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar