Kamis, 29 September 2011

DUA PILIHAN RUMIT MENUJU KEMANDIRIAN


Mandiri. Sebuah kata yang sederhana diucapkan, namun sulit untuk diwujudkan. Menjadi orang yang mandiri tidak sesederhana itu. butuh kemauan kuat, cita-cita besar, dan usaha yang keras. Waktu yang ditempuh pun tidak sebentar. Bisa memakan waktu bertahun-tahun. Rasulullah saja, membutuhkan kurang lebih 17 tahun untuk bisa menjadi orang yang mandiri, plus tangguh. Nah, kalau seorang nabi saja, yang tentunya punya banyak kelebihan, membutuhkan 17 tahun, apalagi kita. Kalau belum apa-apa kita udah menyerah, kapan kita bisa mandiri?
Tapi memang, sangat banyak hambatan, godaan, dan cobaan untuk menjadi orang yang mandiri. Terkadang, hambatan itu datang dari luar. Dan ini sering sekali aku alami. Ketika aku ingin berbuat sesuatu—ketika aku membicarakannya dengan kawan-kawanku juga orangtuaku—aku seolah dibelokkan dari niatku. Di satu sisi, aku diharapkan untuk bisa mandiri. Di sisi lain,
dengan sikap dan tanggapan orang-orang di sekitarku, termasuk orangtuaku, justru malah mebuat diriku patah semangat, walaupun sesungguhnya mereka tidak bermaksud demikian. Ya, ternyata perkataan seseorang itu juga bisa mempengaruhi diri kita. Tapi hambatan yang paling berbahaya adalah apa yang timbul dari dalam diri kita. Malas. Juga kata yang sederhana, tapi berbahaya luar biasa. Jika kita bermain-main dengan kata ini, tunggulah kebinasaan diri kita.
Sebagian motivator/pakar berkata, untuk bisa mandiri/sukses, kita harus nekad. Kita bisa melihat orang-orang sukses di sekitar kita. Mereka bisa menjadi seperti itu hanya bermodal nekad. Benarkah seperti itu? sebagian lagi mengatakan, bertindak nekad itu adalah perbuatan konyol. Berani bertindak bukan berarti nekad, karena nekad adalah sebuah aksi tanpa perhitungan. Orang yang bertindak nekad ibarat orang yang sudah putus asa. Seorang yang sukses/mandiri, bukan lahir dari orang-orang yang ga punya harapan hidup.
Jika mencerna kedua pendapat di atas, yang kedua-duanya adalah perkataan orang-orang yang sudah merasakan perjuangan menuju kesuksesan, tentunya kita akan merasa bimbang. Ketika kita ingin bertindak nekad, kita teringat akan pendapat yang kedua. Ketika kita bertindak penuh dengan perhitungan, kita teringat pendapat pertama, maka kita merasa seolah membuang-buang waktu.  Bingung? Tentu saja. Siapa yang tidak bingung jika dihadapkan dengan dua pilihan yang rumit. Perlu pemikiran dan analisis yang matang untuk bisa memecahkannya.
Baru-baru ini saya mendapatkan pencerahan dari masalah di atas. Pelajaran berharga ini kudapatkan dari seorang guru yang sangat luar biasa. Ia berkata, bahwa sesungguhnya kedua pendapat diatas sama benarnya, jika masing-masing pendapat tidak menafikan (meniadakan) pendapat yang lain. Artinya, keduanya tidak bisa dipisahkan. Ada kalanya kita harus bertindak nekad, dan ada juga saatnya kita harus memperhitungkan metang-matang tindakan yang akan kita ambil, meskipun kita merasa itu akan membuang-buang waktu.
Beliau (guruku) saat itu memberikan contoh yangcukup menarik. Hal diatas diibaratkan sebagai seorang pilot yang menerbangkan pesawatnya. Jika ia adalah seorang pilot pesawat tempur, maka ia bebas berekspresi apa saja, alias nekad. Ia boleh bermanufer sesukanya, bahkan hingga hampir mati sekalipun. Namun ketika ia adalah seorang pilot pesawat komersil, ia harus mempertimbangkan kondisi dia. Artinya, seorang pilot pesawat tempur mengalami kecelakaan, hanya akan merenggut dirinya sendiri. Namun jika seorang pilot pesawat komersil ingin bermanufer layaknya pilot pesawat tempur, maka kita katakan, “pak, kalau mau bunuh diri jangan ngajak-ngajak orang lain.” Ya, betul. seandainya ia ketika itu membawa penumpang berjumlah 150 orang? Wassalam.
Jadi, kita harus melihat kondisi kita sebelum bertindak. Ketika satu-satunya yang dikorbankan untuk mencapai kesuksesan itu hanya tidak melibatkan orang lain, maka kita bebas berekspresi. Tentunya tindakan yang kita ambil bukanlah tindakan yang haram. Yang penting terus berusaha. Sebagai penutup, saya nukilkan perkataan seorang tokoh dunia.
“aku tidak khawatir terhadap tindakan-tindakan yang telah ku lakukan. Namun yang ku khawatirkan adalah ketika aku tidak mempunyai tindakan sama sekali.”

1 komentar: